Kamis, 22 Januari 2015

Resolusi 2015 “Bersahabat dengan Alam”

“Aku bisa melihat tanda-tanda.
Tak jemu aku melihat tanda-tanda.
Hijaumu pudar kelabu.
Mengikis senyum alam kita…”
Pembahasan mengenai alam dan lingkungan tak pernah habis kita upayakan. Tapi pembahasan saja tidak cukup jika kita masih juga berpangku tangan. Alam adalah suatu paradoks bagi kita. Di satu sisi menjadi tumpuan hidup bagi kita. Di sisi lain dapat melumat kehidupan kita. Tak pelak seringkali kita mendengar banyak berita mengenai kerusakan lingkungan. Baik secara alamiah mau pun yang berasal dari dampak kecerobohan manusia kita. Masyarakat era modern ini dikenal sebagai masyarakat yang acuh tak acuh terhadap lingkungan. Era pembangunan menjadi pemacu timbulnya banyak masalah lingkungan. Mengapa? Pembangunan yang hebat tidak selalu mengutamakan dampak lingkungan yang dihasilkan dari pembangunan itu. Meski begitu, bukan pembangunan yang kita hindari, malainkan suatu temuan-temuan baru bagaimana upaya pembangunan tersebut tetap membuat lingkungan terjaga.

Konservasi Sebagai Ruang Realitas
Berbicara mengenai lingkungan hijau, terbesit mengenai konservasi. Konservasi dikemukakan oleh Theodore Roosevelt pada awal abad ke-19. Konservasi ini berasal dari dua kata yaitu con (together) dan servare (keep/save) yang berarti merupakan upaya memelihara sesuatu yang dimiliki dengan cara bijaksana. Pada intinya menurut Joko Sutarto konservasi adalah pewarisan nilai-nilai budaya yang bertujuan untuk merevitalisasi nilai luhur, karakter, dan budaya bangsa melalui pembelajaran yang mengedepankan kaidah-kaidah etika. Sehingga konservasi dapat ditegaskan sebagai sebuah upaya, gagasan, cita-cita, dan pelaksanaan pelestarian alam. 
Saya adalah satu dari sekian ribu mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Negeri Semarang (UNNES).

 
 UNNES sendiri merupakan kampus yang menggelontorkan kebijakan mengenai konservasi dengan perluasan tujuh pilar unit kerja yaitu keanekaragaman hayati, pengelolaan limbah, kebijakan nikertas, energi bersih, (etika, seni, dan budaya), dan kaderisasi konservasi. 

 
Secara otomatis semua warga UNNES menjadi pelopor atau memikul amanah dipundaknya dalam kaderisasi konservasi. Terlebih lingkungan kita yang seringkali tak bersahabat oleh karena eksploitasi dan kecerobohan masyarakat dalam mengabaikan kebersihan lingkungan hidup kita.

Resolusi Hijau 2015

Lomba blog yang diadakan oleh The Nature Conservancy merupakan salah satu pemantik bagi kita semua untuk membulatkan tekat menjadi manusia yang mencintai alam dan melestarikan kehidupan. Dengan adanya ajang ini, maka secara sadar atau tidak peserta yang ada di dalamnya akan merasa bahwa dia mengemban tanggungjawab dalam Resolusi Hijau 2015 yang telah dibuatnya. Dalam ajang ini pula saya sebagai mahasiswa Kampus Konservasi akan membagikan Resolusi Hijau 2015. Buat kalian yang ingin melakukan hal yang sama silahkan akses ke http://www.nature.or.id.
Resolusi Hijau 2015 saya adalah pertama, menjadi pelopor untuk membuang sampah pada tempatnya. Setiap hari kita menghasilkan sampah dapur. Pihak kebersihan sudah menyediakan tempat sampah sesuai dengan kategori yaitu organik dan non organik. Meski begitu masih banyak sekali dari kita yang mengabaikan hal sepele semacam itu. Sehingga kita perlu memliki rasa kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya.
Kedua, menjadi pelopor dan pemantau keluarga saya dalam menghemat energi listrik. Saya akan berusaha memupuk kesadaran yang lebih tinggi untuk menghemat energi listrik. Begitu juga untuk keluarga saya yang seringkali lalai dalam menggunakan energi listrik. Misalnya menyalakan lampu kamar non stop setiap hari, menonton televisi non stop meskipun terkadang tidak ada yang menonton, dan mengecas laptop atau handphone melebihi batas. Hal-hal semcam itu sering kita lakukan. Tapi ada baiknya kita menjadi orang yang sadar diri dan menguranginya.
Ketiga, menciptakan lingkungan hijau. Di rumah saya ada sedikit pekarangan. Kini sudah ada beberapa pohon mangga, pohon pisang, dan berbagai jenis sayuran atau tanam-tanaman hias. Di tahun 2015 ini semoga keadaan ini bisa terus terjaga dan bahkan akan tercipta lebih asri. Minimal ini adalah cerminan kecil dari RTH (Ruang Terbuka Hijau). Jika dikembangkan di wilayah yang lebih luas, khsusunya di daerah perkotaan. Tentu hal ini akan sangat membantu.

Penggabungan Dua Varian
Varian pertama adalah varian kehidupan kampus. Ide mengenai konservasi, yang kemudian dilaksanakan oleh seluruh mahasiswa di kampus saya. Berbagai kebijakan dan berbagai upaya pelestarian lingkungan yang diemban oleh kampus saya. Beberapa contoh implementasi konservasi di kampus saya adalah penanaman pohon bagi seluruh warga UNNES, pengurangan asap kendaraan bermotor di lingkungan kampus, dan upaya-upaya lainnya.
Setelah pulang ke rumah saya memasuki hidup saya bersama keluarga. Di sini lah varian ke dua. Bagaimana saya dan keluarga dapat melestarikan lingkungan kecil, minimal di sekitar rumah. Dengan menjadi manusia yang sadar diri dalam membuang sampah di tempatnya, mengurangi energi listrik secara berlebihan, dan menciptakan lingkungan hijau.
Penggabungan dua kehidupan yang berbeda ini diharapkan dapat membentuk kaderisasi konservasi yang peduli dengan lingkungan dan melahirkan aktor-aktor pecinta lingkungan berikutnya. Sehingga generasi penerus dapat membentuk suatu kehidupan yang cinta dan menjadi penjaga alam dengan ketulusan bukan dengan embel-embel lainnya.
Lomba Blog #ResolusiHijau2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayo Kembali Muda Tanpa Ditunda Bersama Theraskin!

  Halo cantik, jangan pernah merasa minder dengan usia ya. Berapapun usiamu, kamu berhak Bahagia. Ayo memulai semangat menghadapi hari-hari ...