Senin, 25 Februari 2019

Mewujudkan Generasi Muda Anti Hoaks dan Anti Baper Demi Suksesi Pemilu 2019 Sebagai Ujung Tombak Demokrasi dan Pembangunan Bangsa


Negara kita sebentar lagi akan menghadapi perhelatan besar yang cukup bersejarah di bidang politik. Yang mana, kita akan menyelenggarakan pemilu serentak untuk memilih presiden, DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten, dan DPD. Sebelumnya pemilu dilaksanakan dua kali, yaitu untuk memilih presiden terlebih dahulu, baru lah anggota legislatif. Tapi kali ini langsung serentak dengan memperhitungkan perolehan suara partai 2014 silam.
Negara Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi Pancasila. Menurut Afan Gafar, ada dua ciri negara demokratis. Ciri tersebut secara normatif seperti tertuang dalam pasal Pasal 1 ayat (2) menyatakan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar, sedangkan secara empiris tolok ukur negara demokratis adalah diselenggarakannya pemilu.[1] Ditegaskan oleh Miriam Budiardjo, bahwa prasyarat negara demokrasi adalah adanya pemilu sebagai representasi kedaulatan rakyat.[2]
Menurut Ramlan Surbakti, pemilu diartikan sebagai mekanisme penyeleksi dan pendelegasian atau penyerahan kedaulatan kepada orang atau partai yang dipercayai.[3] Pemilu merupakan proses untuk mewujudkan cita-cita rakyat dalam menyongsong kehidupan bernegara yang lebih baik. Pemilu serentak akan dilaksanakan dalam waktu dekat ini yaitu 17 April 2019. Bangsa kita benar-benar diramaikan oleh pertarungan politik antara Jokowi dan Prabowo. Yang mana kedua tokoh negarawan ini sebenarnya telah menjadi bintang dalam perhelatan pemilu di tahun 2014 silam.
Perhelatan besar ini faktanya dibumbui dengan banyaknya politik hoax. Banyak sekali oknum yang hendak menunggangi kepentingan pemilu sebagai ajang memenangkan golongannya atau pribadinya. Generasi milenials atau generasi digital merupakan generasi yang sangat riskan terhadap penyebaran berita di berbagai media.  Banyak pelajar atau mahasiswa atau bahkan pemuda-pemuda yang menjadi korban dari politik hoax.
Saat media tak lagi menjadi sumber berita tapi sumber petaka, bagaimana seharusnya sikap kita?

“Generasi Anti Hoaks dan Baper” Sebagai Kunci Suksesi Pemilu
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Hoaks mengandung makna berita bohong, berita tidak bersumber. Akhir-akhir ini media bangsa kita sedang dipenuhi dengan berita hoaks, ujaran kebencian, dan fitnah. Berita hoaks ini secara sengaja diviralkan untuk kepentingan komersial pihak tertentu. Tapi sayangnya, efeknya sangat besar. Ada sekali banyak berita hoaks yang meliputi SARA, penjatuhan martabat seorang tokoh politik, atau pun tokoh terkenal.
Tujuan dari berita hoaks ini memang cukup parah dan radikal. Khusunya jika sudah mencakup hal-hal yang berbau SARA. Menurut data masyarakat Anti Fitnah dan Hoax Indonesia (Mafindo) menyatakan isu politik paling banyak dijadikan bahan berita palsu. Berita palsu soal politik yang beredar selama Juli sampai September 2018 sebanyak 58,7 persen. Disusul oleh isu agama dan penipuan sebesar 7,39 persen, dan isu lalu lintas 6,96 pesen.
Sejak pilpres 2014 banyak timbul tren negatif. Seperti menurunnya kredibilitas dan integritas penyelenggara pemilihan umum, kualitas pemilihan menurun. Hal itu merusak rasionalitas pemilih, menimbulkan konflik sosial, dan meningkatnya eskalasi ujaran kebencian, provokasi, agitasi, dan propaganda.
Setidaknya ada beberapa hal yang perlu dilakukan anak muda atau pelaku generasi milenials untuk menjadi pemuda yang anti hoaks, yaitu sebagai berikut:
1.      Sikap Skeptis yang Ditanamkan di Dunia Pendidikan
Pemangku kepentingan di bidang pendidikan seperti guru dan dosen sebaiknya memberikan pengertian kepada generasi mudah untuk memiliki sikap skeptis. Jangan mudah percaya pada sesuatu yang viral dan terkenal di dunia nyata. Tapi bersikap skeptic atau tidak mudah percaya pada himbauan orang yang bermuatan SARA, ujuaran kebencian, dan penurunan martabat seseorang.
2.      Baca lah Berita Secara Komprehensif
Ada baiknya kebiasaan membaca di kalangan pemuda terus ditingkatkan. Jangan hanya menjadi pendengar tanpa harus membaca. Jika kita hanya hobi mendengar, maka kita akan sangat pasif ketika ada yang menyebarkan berita hoaks. Kita harus membangun kebiasaan membaca di kalangan pemuda. Sehingga jika ada informasi atau berita yang masuk, jangan langsung ditelan tapi harus dicerna terlebih dahulu.
3.      Jangan Mudah “Baper”
Istilah “baper” atau kebawa perasaan ialah istilah “gaul” anak muda untuk mengatakan seorang anak yang mudah tergiring dengan ucapan orang dan langsung dibawa ke hati. Ada baiknya ketika mendapatkan informasi di media sosial, netizen perlu mengidentifikasi terlebih dahulu apakah informasi tersebut fakta atau sekadar hoax. Kalau tidak hati-hati, netizen bisa termakan tipuan hoax, atau bahkan ikut menyebarkan informasi palsu yang boleh jadi sangat merugikan bagi pihak korban fitnah. 

Suksesi Pemilu 2019 Ialah Ujung Tombak Kemajuan Demokrasi dan Pembangunan Nasional
Seluruh bangsa Indonesia harusnya telah memiliki kesadaran khusus untuk lebih memperhatikan nasib bangsa kita ke depannya. Jangan sampai kita merusak sejarah besar dalam pilpres dan pileg yang dilakukan secara bersamaan. Apabila pemilu terwujud dengan aman, damai, dan tertib. Maka kemungkinan besar pembangunan nasional juga akan terus meningkat seiring berjalannya waktu.
Pembangunan nasional akan tetap stabil jika kita telah berhasil mendudukkan seorang calon presiden menjadi presiden. Cermati terlebih dahulu segala macam berita jangan langsung dimakan mentah dan mau diajak demo atau diajak untuk melakukan gerakan melawan tanpa dasar yang jelas.
Indonesia ialah negara yang snagat besar dan sejahtera jika dikelola dengan baik. Kita bisa melewati PASAR ASEAN dan bonus demografi 2020-2030 ke depan dengan menjadi usia produktif yang berkualitas. Jangan biarkan bangsa kita dikuasai oleh oknum yang ingin membuat mainset para bangsa menjadi kurang tepat. Pastikan lah bahwa generasi milenals mau mencermati isi berita, melakukan cek pada foto, dan jangan buru-buru melskuksn share iman. Indonesia tanpa hoaks, kualitas calon pemimpin bangsa menjadi syarat utama dalam menentukan pilihan politik. Generasi anti hoaks merupakan generasi penerus bangsa yang akan membawa kejayaan di tengah tantangan dunia ke depannya. Kini tinggal bagaimana kita, apakah kita akan menjadi generasi yang mudah diombang-ambingkan oleh berita hoaks atau justru terus belajar untuk menjadi pribadi yang lebih selektif (?)




[1] Afan Gaffar, Politik Indonesia: Transisi Menuju Demokrasi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1999, hlm.4.
[2] Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta,  2008, hlm. 461.
[3] Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm. 181.

Kontribusi Bagi Bangsa Melalui Pendidikan: Dataprint Sahabat Printerku, Dataprint Sahabat Beasiswaku

Semua pihak harus ikut peduli bagi pendidikan bangsa Indonesia? Ya, pendidikan ialah jantung hidup bangsa kita. Dari pendidikan lah, terla...