Sabtu, 24 Januari 2015

Bahasa Inggris Ibarat Sambel dan Ilmu sebagai Nasinya


Apa mau di kata, jangan tanyakan mengapa (?)
Mencela tak ada guna, sedang diri tak jua bisa.
Ingin, ingin, mimpi, mimpi.
Tak terpenuhi tanpa bahasa, sebagai jembatan nyata.

Bagai peraung harap, kelinci yang tak punya gigi, saat akademisi tak bersahabat dengan bahasa Inggris. Bukan sayur namanya jika tanpa garam. Tak terasa nikmat dan hambar. Begitu pun juga para mahasiswa yang menjadi cerminan cendekia muda bagi bangsa. Meski pandai setinggi langit, jika tidak dapat berbahasa Inggris pasti kurang komplit rasanya. Masih adakah yang mempertanyakan mengapa (?)
Pembicaraan terkait urgensi bahasa Inggris dalam balutan era global dibilang klise, tapi diwajibkan. Tak perlu lagi saya berikan embel-embel teori bertingkat, semua akademisi pasti butuh bahasa Inggris. Bahasa Inggris memang menjadi kebutuhan pokok, ibarat nasi itu ilmu, bahasa Inggris itu sambelnya. Terkadang ada yang kecanduan, sampai komat-kamit marah pun terceletuk bahasa Inggrisnya. Tapi ada juga yang kepedesan sampai bibir kepanasan. Karena terlampaui takutnya dengan bahasa Inggris. Maka tak jarang di sekolah bahasa Inggris menjadi mata pelajaran yang ditakuti. Bagi sebagian siswa bahasa Inggris terasa seperti momok tersendiri. Tapi setelah memasuki jenjang kuliah, masuk ke lingkungan civitas akademika, kita perlu mengasah bahasa Inggris.

Bahasa Inggris: Menggagas Kenyataan
Mau beasiswa? Butuh sertifikat bahasa Inggris. Mau lanjut studi? Butuh sertifikat bahasa Inggris. Mau mendaftar perusahaan? Butuh sertifikat bahasa Inggris. Mau pekerjaan? Butuh sertifikat bahasa Inggris. Semua bisa dibeli, tapi proses tidak bisa dibeli. Tapi kemampuan bisa dihargai. Begitu lah keuntungan bagi akademisi jika memiliki skill untuk menguasai bahasa Inggris.
Berbicara pentingnya bahasa Inggris. Tak boleh ketinggalan pula mengenai asal-usul bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional. Meski sejarah asal mula bahasa Inggris sangat panjang, kita dapat menengoknya melalui wawasan sejarah dunia. Britania merupakan kerajaan yang membentuk koloni dan memperluas ekspansi. Bahkan pada abad 19 Inggris pun menjadi negara kolonial yang besar. Walaupun negara-negara bekas koloni Inggris akhirnya merdeka. Tapi negara bekas koloni tersebut menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa resmi. Oleh karena itu bahasa Inggris tampil menjadi bahasa yang layak dalam ranah ekonomi, edukasi, politik, budaya, dan teknologi.
Bahasa Inggris telah mendapatkan predikat global sebagai pemersatu dunia, perdagangan dunia, perjanjian dunia, dan sebagainya. Pendidikan bahasa Inggris tak lagi sekedar wacana yang dikumandangkan tapi sudah menjelma menjadi headline. Munculnya suatu kekuatan global terhadap banyak hal dirasa menghentakkan negara Indonesia yang secara yuridis telah diakui dunia sebagai negara yang merdeka.  Tentu, bahasa Inggris menjadi sangat penting bagi Indonesia untuk mendapatkan perhatian dari dunia. Tak heran jika di kalangan akademisi pun bahasa Inggris menjelma menjadi lauk yang dimakan bersama nasi (ilmu).
Bahasa Inggris pada perkembangan lebih lanjut dalam dunia pendidikan menjadi tak terelakkan. Bahkan dahulu, bermunculan sekolah-sekolah RSBI. Meski tak berjalan sesuai harapan dan akhirnya status RSBI dicabut, tapi kebutuhan akan bahasa Inggris masih sangat perlu. Tapi seriring berjalannya waktu tampilan bahasa Inggris terasa begitu sesak dan pengap. Berjubel merambah prestise, gaya-gayaan”, bahkan sebagai citra agar dikira sebagai akademisi yang intelek. Bahasa Inggris di kalangan akademisi seketika bertransformasi menjadi suatu yang dilembagakan, diformalitaskan, dan ditumpangi oleh kepentingan tertentu.

Karakter yang Mau Belajar
            Bahasa Inggris adalah bahasa yang paling banyak digunakan di dunia dan menjadi bahasa ibu untuk lebih dari 400 juta jiwa di seluruh dunia. Setiap harinya jutaan orang menggunakan bahasa Inggris, baik di tempat kerja, kampus, bahkan di rumah. Jika kita masih berada di masa sekolah atau kuliah, kita masih memiliki waktu untuk mempelajari dan menguasai bahasa Inggris. Belajar bahasa Inggris pada hakikatnya adalah belajar untuk berkomunikasi dengan baik. Manfaat bahasa Inggris dalam dunia akademisi terkait dengan Academic Purpose menjadikan bahasa Inggris adalah materi yang harus kita enyam sejak TK hingga kuliah.
            Bagi seorang mahasiswa banyak ditawarkan kesempatan emas belajar ke luar negeri. Banyak sekali tersedia informasi mengenai lembaga-lembaga baik dalam negeri mau pun luar negeri untuk memberikan beasiswa belajar ke luar negeri kepada para pelajar Indonesia. Salah satu syarat yang harus dimiliki adalah tes TOEFL. Tes TOEFL ini merupakan tes yang mengukur seberapa kemampuan kita dalam bahasa Inggris. Sehingga kita dituntut harus mahir untuk lolos tes ini.
            Selain itu seorang akademisi akan bergelut pada situs-situs dalam bahasa Inggris, jurnal-jurnal Internasional, dan bahan bacaan bahasa Inggris pula. Sehingga bahasa Inggris lagi-lagi menjadi kebutuhan yang penting dalam benteng kehidupan akademisi. Bagi setiap siswa hingga mahasiswa bahasa Inggris layak dikatakan sebagai selling point. Untuk menguasai bahasa Inggris dibutuhkan seseorang yang berkarakter yang mau belajar. Selain keinginan belajar yang tinggi, juga dibutuhkan semangat, passion, gairah, dan motivasi. Hal ini dikarenakan bahasa Inggris bukan suatu yang kilat dan cepat. Tapi membutuhkan pengorbanan waktu, biaya, tenaga, dan pikiran.

Bahasa Inggris: Sebagai Jalan Keluar
             We Academy Saung Inggris hadir di tengah-tengah kita untuk menjadi salah satu motor penggerak, fasilitator, dan wadah bagi kita semua untuk mendalami keterampilan Bahasa Inggris. Bahkan bagi akademisi, bergabungnya kita dengan We Academy Saung Inggris akan sangat membantu bagi mahasiswa-mahasiswa yang ingin berprestasi dan melanjutkan studi baik itu di Luar Negeri maupun Dalam Negeri, sebab We Academy Saung Inggris juga terus memperbarui informasi terkait dengan beasiswa-beasiswa yang ada di Indonesia atau negara-negara lain. We Academy Saung Inggris dengan semboyannya yaitu "Global Language Academy with Local Wisdom Understanding" berlokasi di Jalan Geger Arum 101 Sukasari Isola-Bandung, tepatnya di belakang kampus UPI.
Begitu banyak urgensi bahasa Inggris bagi para akademisi. Ada sebagian yang mengatakannya sulit, sehingga sering dijadikan momok oleh para siswa. Tapi ada tantangan tersendiri bagi akademisi yang ingin mewujudkan mimpinya untuk belajar bahasa yang satu ini.
            Kemajuan peradaban seyogyanya dijadikan sebagai tumpuan dalam proses menuju kebaikan. Bukan hanya arah gaya hidupnya saja yang seakan kita meniru gaya hidup Internasional. Tapi bahasa pemersatu Internasional menjadi syarat mutlak bagi akademisi yang ingin melanjutkan studinya ke luar negeri. Perencanaan memang menjadi suatu yang penting, terlebih untuk kehidupan jangka panjang.
            Bahasa Inggris sebagai jalan keluar? Ya, jalan keluar dari kesulitan. Bahasa Inggris adalah modal untuk menguasai ilmu pengetahuan, untuk menggali materi sesuai disiplin ilmu, dan sebagainya. Sehingga tak mengherankan jika bahasa Inggris menjadi syarat penerimaan beasiswa. Akan banyak ilmu pengetahuan yang akan disantap oleh akademisi dalam bahasa Inggris.
            Setidaknya jika seseorang ingin melanjutkan studi yang lebih tinggi perlu mengantongi sertifikat TOEFL, akan lebih baik jika fasih berbahasa Inggris. Tak ragu banyak lapangan pekerjaan yang akan melirik. Keuntungan menarik bagi akademisi jika menguasai bahasa Inggris tentunya juga bisa menjadi penerjemah. Baik penerjemah yang digaji atau penerjemah bagi kawan-kawan studi lainnya yang kurang dapat memahami ilmu pengetahuan dengan bahasa Inggris. Tak kalah menggiurkan memang, peluang ke Luar Negeri semakin dekat dapat diraih. Sebenarnya di Indonesia memang banyak pemimpi, tapi tak banyak pula yang bangun dari mimpi dan mau mewujudkannya.
Pada hakikatnya tulisan ini dibuat untuk menumbuhkan semangat kita mengenal, mencintai, mempelajari, dan mempraktekkan bahasa Inggris. Sehingga kita mempunyai referensi dalam memilih tempat kursus bahasa Inggris. Dari segala pemaparan yang telah saya jabarkan, setidaknya kita memiliki gambaran akan pentingnya kursus bahasa Inggris. Maka We Academy Saung Inggris adalah solusi bagi kita untuk menjalani kursus bahasa Inggris dengan harga yang terjangkau. Bahkan kehadiran We Academy Saung Inggris terbuka lebar bagi seluruh kalangan masyarakat.
            Kini tinggal kita bagaimana meletakkan bahasa Inggris sebagai sebuah kebutuhan, keperluan, atau segala sesuatu yang sifatnya wajib tapi diformalitaskan. Sedikit ironi, jika segala sesuatu hanya dianggap formalitas, sebab ini akan membentuk generasi pemalas. Mari bersemangat dalam belajar!

Penulis: Peserta Lomba Essay Tingkat Nasional Kampung Inggris Bandung
#Hubungi lebih lanjut:
www.wisdomnesiaenglish.com
/085659932860 / 7efa9b71
Best Regards|

Kamis, 22 Januari 2015

Resolusi 2015 “Bersahabat dengan Alam”

“Aku bisa melihat tanda-tanda.
Tak jemu aku melihat tanda-tanda.
Hijaumu pudar kelabu.
Mengikis senyum alam kita…”
Pembahasan mengenai alam dan lingkungan tak pernah habis kita upayakan. Tapi pembahasan saja tidak cukup jika kita masih juga berpangku tangan. Alam adalah suatu paradoks bagi kita. Di satu sisi menjadi tumpuan hidup bagi kita. Di sisi lain dapat melumat kehidupan kita. Tak pelak seringkali kita mendengar banyak berita mengenai kerusakan lingkungan. Baik secara alamiah mau pun yang berasal dari dampak kecerobohan manusia kita. Masyarakat era modern ini dikenal sebagai masyarakat yang acuh tak acuh terhadap lingkungan. Era pembangunan menjadi pemacu timbulnya banyak masalah lingkungan. Mengapa? Pembangunan yang hebat tidak selalu mengutamakan dampak lingkungan yang dihasilkan dari pembangunan itu. Meski begitu, bukan pembangunan yang kita hindari, malainkan suatu temuan-temuan baru bagaimana upaya pembangunan tersebut tetap membuat lingkungan terjaga.

Konservasi Sebagai Ruang Realitas
Berbicara mengenai lingkungan hijau, terbesit mengenai konservasi. Konservasi dikemukakan oleh Theodore Roosevelt pada awal abad ke-19. Konservasi ini berasal dari dua kata yaitu con (together) dan servare (keep/save) yang berarti merupakan upaya memelihara sesuatu yang dimiliki dengan cara bijaksana. Pada intinya menurut Joko Sutarto konservasi adalah pewarisan nilai-nilai budaya yang bertujuan untuk merevitalisasi nilai luhur, karakter, dan budaya bangsa melalui pembelajaran yang mengedepankan kaidah-kaidah etika. Sehingga konservasi dapat ditegaskan sebagai sebuah upaya, gagasan, cita-cita, dan pelaksanaan pelestarian alam. 
Saya adalah satu dari sekian ribu mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Negeri Semarang (UNNES).

 
 UNNES sendiri merupakan kampus yang menggelontorkan kebijakan mengenai konservasi dengan perluasan tujuh pilar unit kerja yaitu keanekaragaman hayati, pengelolaan limbah, kebijakan nikertas, energi bersih, (etika, seni, dan budaya), dan kaderisasi konservasi. 

 
Secara otomatis semua warga UNNES menjadi pelopor atau memikul amanah dipundaknya dalam kaderisasi konservasi. Terlebih lingkungan kita yang seringkali tak bersahabat oleh karena eksploitasi dan kecerobohan masyarakat dalam mengabaikan kebersihan lingkungan hidup kita.

Resolusi Hijau 2015

Lomba blog yang diadakan oleh The Nature Conservancy merupakan salah satu pemantik bagi kita semua untuk membulatkan tekat menjadi manusia yang mencintai alam dan melestarikan kehidupan. Dengan adanya ajang ini, maka secara sadar atau tidak peserta yang ada di dalamnya akan merasa bahwa dia mengemban tanggungjawab dalam Resolusi Hijau 2015 yang telah dibuatnya. Dalam ajang ini pula saya sebagai mahasiswa Kampus Konservasi akan membagikan Resolusi Hijau 2015. Buat kalian yang ingin melakukan hal yang sama silahkan akses ke http://www.nature.or.id.
Resolusi Hijau 2015 saya adalah pertama, menjadi pelopor untuk membuang sampah pada tempatnya. Setiap hari kita menghasilkan sampah dapur. Pihak kebersihan sudah menyediakan tempat sampah sesuai dengan kategori yaitu organik dan non organik. Meski begitu masih banyak sekali dari kita yang mengabaikan hal sepele semacam itu. Sehingga kita perlu memliki rasa kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya.
Kedua, menjadi pelopor dan pemantau keluarga saya dalam menghemat energi listrik. Saya akan berusaha memupuk kesadaran yang lebih tinggi untuk menghemat energi listrik. Begitu juga untuk keluarga saya yang seringkali lalai dalam menggunakan energi listrik. Misalnya menyalakan lampu kamar non stop setiap hari, menonton televisi non stop meskipun terkadang tidak ada yang menonton, dan mengecas laptop atau handphone melebihi batas. Hal-hal semcam itu sering kita lakukan. Tapi ada baiknya kita menjadi orang yang sadar diri dan menguranginya.
Ketiga, menciptakan lingkungan hijau. Di rumah saya ada sedikit pekarangan. Kini sudah ada beberapa pohon mangga, pohon pisang, dan berbagai jenis sayuran atau tanam-tanaman hias. Di tahun 2015 ini semoga keadaan ini bisa terus terjaga dan bahkan akan tercipta lebih asri. Minimal ini adalah cerminan kecil dari RTH (Ruang Terbuka Hijau). Jika dikembangkan di wilayah yang lebih luas, khsusunya di daerah perkotaan. Tentu hal ini akan sangat membantu.

Penggabungan Dua Varian
Varian pertama adalah varian kehidupan kampus. Ide mengenai konservasi, yang kemudian dilaksanakan oleh seluruh mahasiswa di kampus saya. Berbagai kebijakan dan berbagai upaya pelestarian lingkungan yang diemban oleh kampus saya. Beberapa contoh implementasi konservasi di kampus saya adalah penanaman pohon bagi seluruh warga UNNES, pengurangan asap kendaraan bermotor di lingkungan kampus, dan upaya-upaya lainnya.
Setelah pulang ke rumah saya memasuki hidup saya bersama keluarga. Di sini lah varian ke dua. Bagaimana saya dan keluarga dapat melestarikan lingkungan kecil, minimal di sekitar rumah. Dengan menjadi manusia yang sadar diri dalam membuang sampah di tempatnya, mengurangi energi listrik secara berlebihan, dan menciptakan lingkungan hijau.
Penggabungan dua kehidupan yang berbeda ini diharapkan dapat membentuk kaderisasi konservasi yang peduli dengan lingkungan dan melahirkan aktor-aktor pecinta lingkungan berikutnya. Sehingga generasi penerus dapat membentuk suatu kehidupan yang cinta dan menjadi penjaga alam dengan ketulusan bukan dengan embel-embel lainnya.
Lomba Blog #ResolusiHijau2015

Kontribusi Bagi Bangsa Melalui Pendidikan: Dataprint Sahabat Printerku, Dataprint Sahabat Beasiswaku

Semua pihak harus ikut peduli bagi pendidikan bangsa Indonesia? Ya, pendidikan ialah jantung hidup bangsa kita. Dari pendidikan lah, terla...