Selasa, 30 Agustus 2016

Inovasi Desa Wisata Mandiri Lerep Sebagai Potret Kawasan Konservasi Alam dan Kearifan Lokal




Deskripsi: Desa Lerep terletak di Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah. Desa Lerep merupakan suatu kawasan yang mengembangkan dewasa dengan sistem agroforestry dan kebudayaan. Ada beberapa keunikan yang tersimpan di Desa Lerep. Adanya hamparan dataran tinggi berupa persawahan, perkebunan, dan kehutanan.

Kabar baik bagi kita semua sebab banyak daerah yang kini sudah mulai memberikan kontribusi kemajuan bangi bangsa. Untuk Indonesia utamanya, bangsa yang besar harus diiringi juga dengan semangat yang besar dari seluruh lapisan masyarakat dan pemangku kepentingan. Inovasi daerah merupakan suatu dorongan kemajuan yang akan terus berdampak di tingkat nasional. Dalam tulisan ini, saya mengambil satu percontohan Desa Mandiri Lerep sebagai studi kasus. Terlebih percontohan ini akan mencerminkan inovasi daerah tempat tinggal saya. Sebagai wilayah pelestarian hutan, persawahan, juga peternakan yang dikemas dalam satu wilayah penuh. Selain itu Desa Lerep juga menyimpan nilai kebudayaan dengan beberapa tempat yang artistik dan menyimpan nilai-nilai budaya asli.

            Konservasi adalah seperangkat prinsip mengenai perlindungan, pengawetan, pemanfaatan secara lestari, baik konservasi terhadap sumber daya alam, lingkungan, seni, dan budaya.[1] Perlunya sebuah kawasan konservasi sebagai perantara kelestarian alam dan harmoni kearifan local. Setali tiga uang, kelestarian alam dan kearifan local tersebut dapat menjadi pijakan nyata dalam membentuk sebuah ruang desa wisata. Optimalisasi desa wisata dalam satu kawasan, memungkinkan adanya persilangan konservasi alam dan konservasi seni dan budaya. Keduanya dapat bertumbuh dan dikembangkan bersama melalui cara-cara yang dapat menghasilkan industry kreatif pula.

Pertama, menurut istilah, agroforestry dalam bahasa Inggris berasal dari kata agro berarti pertanian dan forestry berarti kehutanan. Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah “wanatani”, wana berarti hutan dan tani berarti pertanian. Secara luas agroforestry adalah penggabungan sistem budidaya kehutanan, pertanian, dan perikanan. Wisata agroforestry memiliki banyak keuntungan di bidang peningkatan produktivitas lahan. Sistem agroforestry memungkinkan penggabungan budidaya pertanian, peternakan, dan kehutanan dalam satu kawasan. Sehingga masalah kurangnya lahan yang diakibatkan oleh alih fungsi lahan di bidang pertanian dapat diatasi menggunakan sistem agroforestry. Selain itu agroforestry dapat menjamin ketersediaan pangan di suatu daerah bagi petani ketika bukan musim panen. Secara ekonomi sosial, sistem agroforestry akan berdampak peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan. 

Penanaman berbagai macam pohon dengan banyak teknik maupun sistem pada suatu lahan sudah seringkali kita dengar di Indonesia. Contoh ini dapat dilihat dengan mudah pada lahan pekarangan di sekitar tempat tinggal petani. Praktek ini semakin meluas belakangan ini khususnya di daerah pinggiran hutan dikarenakan ketersediaan lahan yang semakin terbatas. Tapi akan unik jika sebuah sistem pertanian dikemas dalam sebuah desa wisata dengan kombinasi sistem kebudayaan. Konversi hutan alam menjadi lahan pertanian disadari menimbulkan banyak masalah seperti penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan flora dan fauna, banjir, kekeringan dan bahkan perubahan lingkungan global. Masalah ini bertambah berat dari waktu ke waktu sejalan dengan meningkatnya luas areal hutan yang dikonversi menjadi lahan usaha lain. Maka lahirlah agroforestry sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan baru di bidang pertanian atau kehutanan. Ilmu ini berupaya mengenali dan mengembangkan keberadaan sistem agroforestry yang telah dikembangkan petani di daerah beriklim tropis maupun beriklim subtropis sejak berabad-abad yang lalu. Agroforestry merupakan gabungan ilmu kehutanan dengan agronomi, yang memadukan usaha kehutanan dengan pembangunan pedesaan untuk menciptakan keselarasan antara intensifikasi pertanian dan pelestarian hutan. Sehingga selain mendayagunakan pertanian juga melestarikan alam kehutanan.

Agroforestry bermanfaat selain untuk mencegah perluasan tanah terdegradasi, melestarikan sumberdaya hutan, meningkatkan mutu pertanian serta menyempurnakan hasil pangan. Sistem ini telah dipraktekkan oleh petani di berbagai tempat di Indonesia selama berabad-abad, misalnya sistem ladang  berpindah, kebun campuran di lahan sekitar rumah (pekarangan) dan padang penggembalaan. Contoh lain yang umum dijumpai di Jawa adalah hamparan persawahan dan tegalan produktif yang diselang-selingi oleh rerumpunan pohon. Sebagian dari rerumpunan pohon tersebut mempunyai struktur yang mendekati hutan alam dengan beraneka-ragam spesies tanaman. Berdasarkan motivasi yang dimiliki petani, terdapat dua sistem terbentuknya agroforestry di lapangan yaitu sistem bercocok tanam dengan cara tradisional atau sistem modern. Sistem tradisional adalah sistem yang dikembangkan dan diuji sendiri oleh petani, sesuai dengan keadaan alam dan kebutuhan atau permintaan pasar, serta sejalan dengan perkembangan pengalamannya selama bertahun-tahun dari satu generasi ke generasi.

Kedua, sistem berbasis kebudayaan. Membincang budaya dalam balutan industri kreatif merupakan suatu ihwal penting. Menurut Edward B. Taylor kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat. Adanya citarasa kesenian sebagai salah satu komponen kebudayaan setidaknya akan memunculkan sebuah kreasi yang mempunyai nilai tambah pasar industri kreatif. Kebudayaan berbasis kearifan lokal yang tersimpan di sebuah pedesaan akan sangat indah jika dikemas dalam desa wisata. Sebab desa wisata merupakan salah satu strategi menuju pintu gerbang ASEAN Economic Community yang bertujuan untuk melindungi masyarakat kecil dan masyarakat pedesaan. Seluruh penduduk desa tentunya akan sengaja atau tidak sengaja dapat melestarikan budaya yang ada di Indonesia.

Budaya adalah suatu warisan dari leluhur atau nenek moyang kita yang tidak ternilai harganya. Negara Indonesia disebut negara multikultural. Budaya Indonesia sangat banyak dan beraneka ragam. Budaya itulah yang seharusnya kita jaga dan kita lestarikan agar tidak punah atau pun diakui oleh negara lain. Indonesia Negara yang sangat kaya dan unik,negara Indonesa juga beraneka ragam suku bangsanya. Tapi sangat disayangkan setelah banyak pengakuan dari negara lain bahwa tari pendet, masakan padang, reog ponogoro diakui oleh negara

tetangga, kemudian Indonesia baru merasa itu adalah budaya yang harus dilestarikan. negara tetangga menjadikan budaya kita sebagai aset pariwisata yang sangat menguntungkan. Mangapa bangsa kita sendiri juga tidak melakukan itu dan justru melupakannya? Padahal itu berdampak positif bagi negara kita, baik dalam bertambahnya pendapatan negara dan kita juga sudah melestarikan budaya kita sendiri. 


Inovasi dan Konservasi Desa Wisata Lerep melalui Agroforestry dan Kebudayaan 
 

Caption Gambar: http://gpswisataindonesia.blogspot.co.id/2014/04/kampung-seni-lerep-ungaran-semarang.html



Sebagian besar wilayah Desa Lerep berupa perbukitan, dengan daerah perbukitan yang tertinggi yaitu Dusun Indrokillo. Pengembangan agroforestry Dusun Indrokillo diperluas dalam empat kelompok yaitu Magarsari (Kelompok Tani), Ngudi Makmur, Pemuda Tani, dan Pemuda (Ternak). Peningkatan program  agrofeorestry ini didukung oleh pemerintah desa melalui Perdes Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pembangunan Desa Lerep. Sebelum adanya program agroforestry ini, masyarakat di sekitar Dusun Indrokillo cenderung kurang sejahtera. Adanya kekosongan pangan ketika tidak musim panen, seringkali membuat masyarakat setempat melakukan penebangan pohon dan menjual kayu bakar sebagai penghasilan. Padahal penebangan pohon merupakan kegiatan pengrusakan ekologi hutan. Sehingga agroforestry merupakan solusi bagi Dusun Indrokillo. Keberhasilan dari adanya desa wisata berbasis agroforestry di Dusun Indrokillo Desa Lerep yaitu; pertama, menjadi salah satu pemasok susu sapi dan distributor yogurt ke Pabrik Cimory. Kedua, masyarakat lokal memiliki penghasilan harian dari penjualan susu sapi. Ketiga, masyarakat Indrokillo mempunyai penghasilan tetap mingguan melalui penjualan kompos. Keempat, masyarakat Indrokillo memiliki penghasilan bulanan melalui penjualan biogas. Kelima, masyarakat setempat memiliki penghasilan musiman sesuai dengan pemanfaatan lahan pertanian.  

Desa Lerep juga menyimpan esensi kebudayaan, yaitu cita rasa kesenian. Sebab Desa Lerep memiliki kawasan wisata berbasis seni, seperti; Pertama, Kampung Seni Lerep. Bangunan utama Kampung Seni Lerep berbentuk Limasan dengan dua tingkat. Selain itu bangunan ini juga dimanfaatkan sebagai museum untuk menyimpan barang yang mengandung unsur seni, seperti misalnya gelas, piring, dan guci. Di dalam Kampung Seni juga ada jembatan panjang yang di bawahnya merupakan konsep bangunan sebagai wadah theater.
Caption Gambar: http://loenpia.net/blog/berita/pesona-ungaran-di-kampung-seni-lerep-dan-watu-gunung.html



Kedua, Watu Gunung. Watu Gunung merupakan kawasan desa wisata yang mengandung nilai artistik. Watu Gunung merupakan tempat wisata yang memiliki beberapa bangunan yang memiliki arti seni dengan konsep danau buatan. Nuansa di Watu Gunung terasa sejuk dan nyaman karena dapat melihat Gunung Ungarang secara lebih jelas. Watu Gunung merupakan replika bangunanbangunan tua yang berbentuk Joglo. Hal ini merupakan salah satu penanda bagi kita semua untuk melestarikan bentuk Rumah Joglo, mengingat sudah jarang sekali masyarakat di zaman sekarang yang mengembangkan Rumah Joglo dan justru lebih menyukai arsitektur yang berasal dari luar negeri.
Caption Gambar: http://www.semarangplus.com/kampung-seni-lerep-ungaran-kabupaten-semarang


Orientasi pembangunan kepariwisataan perlu menempatkan fakta keunikan nyata. Sehingga keunikan nyata yang ada di Desa Lerep mencerminkan adanya desa wisata yang mempunyai nilai jual dalam bidang industri kreatif. Hal ini disebabkan oleh adanya gabungan sistem agroforestry dan kesenian. Sehingga gabungan kedua wisata agroforestry dan kesenian yang terkemas dalam satu wilayah desa wisata dapat menjadikan dampak pembangunan bagi masyarakat lokal. Sehingga adanya ASEAN Economic Community tidak akan menjadikan momok bagi masyarakat pedesaan, tapi sebaliknya justru akan membuka peluang bagi wisatawan asing untuk menikmati desa wisata dengan sistem agroforestry dan kesenian. Selain itu ide ini juga akan melindungi masyarakat kecil agar tidak mengalami ketertinggalan jika dibandingkan dengan pembangunan di perkotaan yang akan diserbu oleh pasar ASEAN Economic Community.

Semangat inovasi dari Desa Lerep ini memang lah cukup diacungi jempol, sebab sampai saat ini Desa Wisata Lerep masih memiliki SDM penduduk setempat yang kian setia untuk mengembangkan desa wisata berbasis agroforestry dan kebudayaan. Kekompakan masyarakat setempat untuk mengembangkan inovasi daerah ini, sedikit banyak juga meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat. Baik itu dalam hal finansial, keterampilan, mental berjuang, dan pengembangan kreativitas daerah.


Deposisi Permenungan: Upaya Daerah untuk Terus Bangkit
            Konservasi merupakan salah satu penopang kelestarian alam dan lingkungan, serta kearifan local. Perlunya penanaman nilai konservasi merupakan salah satu dari itikad adanya kepedulian kita akan bumi. Adanya kawasan konservasi menjadi salah satu upaya perbaikan lingkungan sekitar. Terlebih potrest dari kawasan konservasi ialah desa wisata. Ini merupakan suatu terobosan yang dapat menjadi solusi akan sebuah pemanfaatan alam tanpa harus merusaknya. Desa wisata yang disuguhkan Desa Lerep, menyimpan cita-rasa alami yang dapat dimanfaatkan sebagai produk pariwisata. Terlebih pariwisata yang diangkat bernuansakan desa. Mengingat konsentrasi pengunjung saat ini mungkin belum sampai ke arah desa karena menginginkan perjalanan wisata yang mewah. Tapi akhir belakangan ini, cita-rasa pemandangan desa justru dinantikan sebab adanya keinginan untuk back to nature dan bosan akan kondisi perkotaan dengan polusinya.
Selain itu Desa Wisata Lerep juga memiliki terobosan berbasis agroforestry, dengan system itu akan melindungi habitat hutan, ternak, dan tanaman pangan dalam suatu kawasan. Sehingga ketahanan pangan di tingkat desa juga akan terjarmin. Terlebih juga adanya nilai kearifan local yang menjadi harmoni akan kelestarian budaya. Sebagai penikmat wisata, alam dapat juga menyatu dengan seni dan budaya. Sehingga menjadi sebuah kombinasi yang cocok. Terlebih adanya terobosan keduanya tentu akan menghasilkan industry kreatif seperti pengolahan jajanan khas, kerajinan tangan, dan sebagainya dalam segi peningkatan kualitas SDM dan penghasilan ekonomi di tingkat daerah.
Kini tinggal bagaimana kita sebagai masyarakat modern yang peduli akan pengoptimalan inovasi daerah kita. Bumi dan lingkungan ada tangan kita, akan kita abaikan, hancurkan, atau lestarikan? Indonesia menunggu kita sebagai pioneer inovasi daerah kita (?)

Artikel ini diikutsertakan pada Kompetisi Menulis Blog Inovasi Daerahku - https://www.goodnewsfromindonesia.id/competition/inovasidaerahku




[1] http://konservasi.unnes.ac.id/%3Fpage_%3D378&source.

1 komentar:

  1. Keren nan asri bange kayanya ya, Sayang ane udah jarang ke semarang, padahal dulu sering loh :-)

    koleksi lacoste terbaru | Rahasia Antartika

    BalasHapus

Kontribusi Bagi Bangsa Melalui Pendidikan: Dataprint Sahabat Printerku, Dataprint Sahabat Beasiswaku

Semua pihak harus ikut peduli bagi pendidikan bangsa Indonesia? Ya, pendidikan ialah jantung hidup bangsa kita. Dari pendidikan lah, terla...