Caption
Gambar: http://telusuri.org/kampung-seni-lerep-ungaran/
Deskripsi: Desa Lerep terletak di Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang
Provinsi Jawa Tengah. Desa Lerep merupakan suatu kawasan yang mengembangkan
dewasa dengan sistem agroforestry dan
kebudayaan. Ada beberapa keunikan yang tersimpan di Desa Lerep. Adanya hamparan
dataran tinggi berupa persawahan, perkebunan, dan kehutanan.
Kabar baik bagi kita semua sebab banyak daerah yang kini sudah mulai memberikan kontribusi kemajuan bangi bangsa. Untuk Indonesia utamanya, bangsa yang besar harus diiringi juga dengan semangat yang besar dari seluruh lapisan masyarakat dan pemangku kepentingan. Inovasi daerah merupakan suatu dorongan kemajuan yang akan terus berdampak di tingkat nasional. Dalam tulisan ini, saya mengambil satu percontohan
Desa Mandiri Lerep sebagai studi kasus. Terlebih percontohan ini akan mencerminkan
inovasi daerah tempat tinggal saya. Sebagai wilayah pelestarian hutan,
persawahan, juga peternakan yang dikemas dalam satu wilayah penuh. Selain itu
Desa Lerep juga menyimpan nilai kebudayaan dengan beberapa tempat yang artistik
dan menyimpan nilai-nilai budaya asli.
Konservasi adalah seperangkat
prinsip mengenai perlindungan, pengawetan, pemanfaatan secara lestari, baik
konservasi terhadap sumber daya alam, lingkungan, seni, dan budaya.[1]
Perlunya sebuah kawasan konservasi sebagai perantara kelestarian alam dan
harmoni kearifan local. Setali tiga uang, kelestarian alam dan kearifan local
tersebut dapat menjadi pijakan nyata dalam membentuk sebuah ruang desa wisata.
Optimalisasi desa wisata dalam satu kawasan, memungkinkan adanya persilangan
konservasi alam dan konservasi seni dan budaya. Keduanya dapat bertumbuh dan
dikembangkan bersama melalui cara-cara yang dapat menghasilkan industry kreatif
pula.
Pertama, menurut istilah, agroforestry
dalam bahasa Inggris berasal dari kata agro
berarti pertanian dan forestry
berarti kehutanan. Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah “wanatani”,
wana berarti hutan dan tani berarti pertanian. Secara luas agroforestry adalah penggabungan sistem budidaya kehutanan, pertanian,
dan perikanan. Wisata agroforestry memiliki banyak keuntungan di bidang
peningkatan produktivitas lahan. Sistem agroforestry memungkinkan penggabungan
budidaya pertanian, peternakan, dan kehutanan dalam satu kawasan. Sehingga
masalah kurangnya lahan yang diakibatkan oleh alih fungsi lahan di bidang
pertanian dapat diatasi menggunakan sistem agroforestry. Selain itu
agroforestry dapat menjamin ketersediaan pangan di suatu daerah bagi petani
ketika bukan musim panen. Secara ekonomi sosial, sistem agroforestry akan
berdampak peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan.
Penanaman berbagai macam pohon dengan banyak teknik
maupun sistem pada suatu lahan sudah seringkali kita dengar di Indonesia.
Contoh ini dapat dilihat dengan mudah pada lahan pekarangan di sekitar tempat
tinggal petani. Praktek ini semakin meluas belakangan ini khususnya di daerah
pinggiran hutan dikarenakan ketersediaan lahan yang semakin terbatas. Tapi akan
unik jika sebuah sistem pertanian dikemas dalam sebuah desa wisata dengan kombinasi
sistem kebudayaan. Konversi hutan alam menjadi lahan pertanian disadari
menimbulkan banyak masalah seperti penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan
flora dan fauna, banjir, kekeringan dan bahkan perubahan lingkungan global.
Masalah ini bertambah berat dari waktu ke waktu sejalan dengan meningkatnya
luas areal hutan yang dikonversi menjadi lahan usaha lain. Maka lahirlah agroforestry sebagai suatu cabang ilmu
pengetahuan baru di bidang pertanian atau kehutanan. Ilmu ini berupaya
mengenali dan mengembangkan keberadaan sistem agroforestry yang telah dikembangkan petani di daerah beriklim
tropis maupun beriklim subtropis sejak berabad-abad yang lalu. Agroforestry merupakan gabungan ilmu
kehutanan dengan agronomi, yang memadukan usaha kehutanan dengan pembangunan
pedesaan untuk menciptakan keselarasan antara intensifikasi pertanian dan
pelestarian hutan. Sehingga selain mendayagunakan pertanian juga melestarikan
alam kehutanan.
Agroforestry
bermanfaat selain untuk mencegah perluasan tanah
terdegradasi, melestarikan sumberdaya hutan, meningkatkan mutu pertanian serta
menyempurnakan hasil pangan. Sistem ini telah dipraktekkan oleh petani di
berbagai tempat di Indonesia selama berabad-abad, misalnya sistem ladang berpindah, kebun campuran di lahan sekitar rumah
(pekarangan) dan padang penggembalaan. Contoh lain yang umum dijumpai di Jawa
adalah hamparan persawahan dan tegalan produktif yang diselang-selingi oleh
rerumpunan pohon. Sebagian dari rerumpunan pohon tersebut mempunyai struktur
yang mendekati hutan alam dengan beraneka-ragam spesies tanaman. Berdasarkan
motivasi yang dimiliki petani, terdapat dua sistem terbentuknya agroforestry di lapangan yaitu sistem
bercocok tanam dengan cara tradisional atau sistem modern. Sistem tradisional
adalah sistem yang dikembangkan dan diuji sendiri oleh petani, sesuai dengan
keadaan alam dan kebutuhan atau permintaan pasar, serta sejalan dengan
perkembangan pengalamannya selama bertahun-tahun dari satu generasi ke
generasi.
Kedua, sistem berbasis kebudayaan. Membincang budaya dalam balutan industri
kreatif merupakan suatu ihwal penting. Menurut Edward B. Taylor kebudayaan
merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan-kemampuan
lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat. Adanya citarasa
kesenian sebagai salah satu komponen kebudayaan setidaknya akan memunculkan
sebuah kreasi yang mempunyai nilai tambah pasar industri kreatif. Kebudayaan
berbasis kearifan lokal yang tersimpan di sebuah pedesaan akan sangat indah
jika dikemas dalam desa wisata. Sebab desa wisata merupakan salah satu strategi
menuju pintu gerbang ASEAN Economic Community yang bertujuan untuk melindungi
masyarakat kecil dan masyarakat pedesaan. Seluruh penduduk desa tentunya akan
sengaja atau tidak sengaja dapat melestarikan budaya yang ada di Indonesia.
Budaya adalah suatu warisan dari leluhur atau nenek
moyang kita yang tidak ternilai harganya. Negara Indonesia disebut negara
multikultural. Budaya Indonesia sangat banyak dan beraneka ragam. Budaya itulah
yang seharusnya kita jaga dan kita lestarikan agar tidak punah atau pun diakui
oleh negara lain. Indonesia Negara yang sangat kaya dan unik,negara Indonesa
juga beraneka ragam suku bangsanya. Tapi sangat disayangkan setelah banyak
pengakuan dari negara lain bahwa tari pendet, masakan padang, reog ponogoro
diakui oleh negara
tetangga, kemudian Indonesia baru merasa itu adalah budaya yang harus
dilestarikan. negara tetangga menjadikan budaya kita sebagai aset pariwisata
yang sangat menguntungkan. Mangapa bangsa kita sendiri juga tidak melakukan itu
dan justru melupakannya? Padahal itu berdampak positif bagi negara kita, baik
dalam bertambahnya pendapatan negara dan kita juga sudah melestarikan budaya
kita sendiri.
Inovasi dan Konservasi Desa
Wisata Lerep melalui Agroforestry dan
Kebudayaan
Caption Gambar: http://gpswisataindonesia.blogspot.co.id/2014/04/kampung-seni-lerep-ungaran-semarang.html
Sebagian besar wilayah Desa Lerep berupa
perbukitan, dengan daerah perbukitan yang tertinggi yaitu Dusun Indrokillo.
Pengembangan agroforestry Dusun Indrokillo
diperluas dalam empat kelompok yaitu Magarsari (Kelompok Tani), Ngudi Makmur,
Pemuda Tani, dan Pemuda (Ternak). Peningkatan program agrofeorestry ini didukung oleh pemerintah
desa melalui Perdes Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pembangunan Desa Lerep. Sebelum
adanya program agroforestry ini, masyarakat di sekitar Dusun Indrokillo cenderung kurang sejahtera.
Adanya kekosongan pangan ketika tidak musim panen, seringkali membuat
masyarakat setempat melakukan penebangan pohon dan menjual kayu bakar sebagai penghasilan.
Padahal penebangan pohon merupakan kegiatan pengrusakan ekologi hutan. Sehingga
agroforestry merupakan solusi bagi Dusun Indrokillo. Keberhasilan dari adanya
desa wisata berbasis agroforestry di Dusun Indrokillo Desa Lerep yaitu; pertama, menjadi salah satu pemasok susu
sapi dan distributor yogurt ke Pabrik Cimory. Kedua, masyarakat lokal memiliki penghasilan harian dari penjualan
susu sapi. Ketiga, masyarakat
Indrokillo mempunyai penghasilan tetap mingguan melalui penjualan kompos. Keempat, masyarakat Indrokillo memiliki
penghasilan bulanan melalui penjualan biogas. Kelima, masyarakat setempat
memiliki penghasilan musiman sesuai dengan pemanfaatan lahan pertanian.
Desa Lerep juga menyimpan esensi kebudayaan, yaitu
cita rasa kesenian. Sebab Desa Lerep memiliki kawasan wisata berbasis seni,
seperti; Pertama, Kampung Seni Lerep.
Bangunan utama Kampung Seni Lerep berbentuk Limasan dengan dua tingkat. Selain
itu bangunan ini juga dimanfaatkan sebagai museum untuk menyimpan barang yang mengandung unsur seni, seperti misalnya gelas, piring, dan guci. Di dalam Kampung Seni juga ada jembatan panjang yang di bawahnya merupakan konsep bangunan sebagai wadah theater.
Caption Gambar: http://loenpia.net/blog/berita/pesona-ungaran-di-kampung-seni-lerep-dan-watu-gunung.html
Kedua, Watu Gunung. Watu Gunung merupakan kawasan desa wisata yang mengandung
nilai artistik. Watu Gunung merupakan tempat wisata yang memiliki beberapa
bangunan yang memiliki arti seni dengan konsep danau buatan. Nuansa di Watu
Gunung terasa sejuk dan nyaman karena dapat melihat Gunung Ungarang secara
lebih jelas. Watu Gunung merupakan replika bangunanbangunan tua yang berbentuk
Joglo. Hal ini merupakan salah satu penanda bagi kita semua untuk melestarikan
bentuk Rumah Joglo, mengingat sudah jarang sekali masyarakat di zaman sekarang
yang mengembangkan Rumah Joglo dan justru lebih menyukai arsitektur yang
berasal dari luar negeri.
Caption Gambar:
http://www.semarangplus.com/kampung-seni-lerep-ungaran-kabupaten-semarang
Orientasi pembangunan kepariwisataan perlu
menempatkan fakta keunikan nyata. Sehingga keunikan nyata yang ada di Desa
Lerep mencerminkan adanya desa wisata yang mempunyai nilai jual dalam bidang
industri kreatif. Hal ini disebabkan oleh adanya gabungan sistem agroforestry
dan kesenian. Sehingga gabungan kedua wisata agroforestry dan kesenian yang
terkemas dalam satu wilayah desa wisata dapat menjadikan dampak pembangunan
bagi masyarakat lokal. Sehingga adanya ASEAN Economic Community tidak akan
menjadikan momok bagi masyarakat pedesaan, tapi sebaliknya justru akan membuka
peluang bagi wisatawan asing untuk menikmati desa wisata dengan sistem
agroforestry dan kesenian. Selain itu ide ini juga akan melindungi masyarakat
kecil agar tidak mengalami ketertinggalan jika dibandingkan dengan pembangunan
di perkotaan yang akan diserbu oleh pasar ASEAN Economic Community.
Semangat inovasi dari Desa Lerep ini memang lah
cukup diacungi jempol, sebab sampai saat ini Desa Wisata Lerep masih memiliki
SDM penduduk setempat yang kian setia untuk mengembangkan desa wisata berbasis agroforestry dan kebudayaan. Kekompakan
masyarakat setempat untuk mengembangkan inovasi daerah ini, sedikit banyak juga
meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat. Baik itu dalam hal finansial,
keterampilan, mental berjuang, dan pengembangan kreativitas daerah.
Deposisi Permenungan: Upaya
Daerah untuk Terus Bangkit
Konservasi merupakan
salah satu penopang kelestarian alam dan lingkungan, serta kearifan local.
Perlunya penanaman nilai konservasi merupakan salah satu dari itikad adanya
kepedulian kita akan bumi. Adanya kawasan konservasi menjadi salah satu upaya
perbaikan lingkungan sekitar. Terlebih potrest dari kawasan konservasi ialah
desa wisata. Ini merupakan suatu terobosan yang dapat menjadi solusi akan
sebuah pemanfaatan alam tanpa harus merusaknya. Desa wisata yang disuguhkan
Desa Lerep, menyimpan cita-rasa alami yang dapat dimanfaatkan sebagai produk
pariwisata. Terlebih pariwisata yang diangkat bernuansakan desa. Mengingat
konsentrasi pengunjung saat ini mungkin belum sampai ke arah desa karena
menginginkan perjalanan wisata yang mewah. Tapi akhir belakangan ini, cita-rasa
pemandangan desa justru dinantikan sebab adanya keinginan untuk back to nature dan bosan akan kondisi
perkotaan dengan polusinya.
Selain itu Desa Wisata Lerep juga memiliki
terobosan berbasis agroforestry, dengan
system itu akan melindungi habitat hutan, ternak, dan tanaman pangan dalam
suatu kawasan. Sehingga ketahanan pangan di tingkat desa juga akan terjarmin.
Terlebih juga adanya nilai kearifan local yang menjadi harmoni akan kelestarian
budaya. Sebagai penikmat wisata, alam dapat juga menyatu dengan seni dan
budaya. Sehingga menjadi sebuah kombinasi yang cocok. Terlebih adanya terobosan
keduanya tentu akan menghasilkan industry kreatif seperti pengolahan jajanan
khas, kerajinan tangan, dan sebagainya dalam segi peningkatan kualitas SDM dan
penghasilan ekonomi di tingkat daerah.
Kini tinggal bagaimana kita sebagai masyarakat
modern yang peduli akan pengoptimalan inovasi daerah kita. Bumi dan lingkungan
ada tangan kita, akan kita abaikan, hancurkan, atau lestarikan? Indonesia
menunggu kita sebagai pioneer inovasi daerah kita (?)
Artikel ini diikutsertakan pada Kompetisi Menulis Blog Inovasi Daerahku - https://www.goodnewsfromindonesia.id/competition/inovasidaerahku
Keren nan asri bange kayanya ya, Sayang ane udah jarang ke semarang, padahal dulu sering loh :-)
BalasHapuskoleksi lacoste terbaru | Rahasia Antartika